
Timothy Ronald: Nabi Baru Gen Z?
Dulu, orang-orang punya panutan kayak guru, ustaz, atau orang tua yang petuahnya panjang dan sedikit membosankan. Tapi Gen Z hari ini punya panutan baru: cowok kalem, suara pelan, b-roll estetik, dan kamar yang nggak pernah berantakan.
Namanya Timothy Ronald.
Dan buat sebagian Gen Z, dia bukan sekadar YouTuber—dia semacam nabi versi digital.
Bukan nabi yang bawa wahyu, tentu. Tapi nabi gaya hidup: hidup rapi, estetik, dan penuh narasi “self-growth” versi lighting warm.
—
Coba lihat komen-komen di videonya:
“Bang, aku pengen hidup kayak abang.”
“Ajarin dong biar bisa tenang kayak Tim.”
“Kalau reinkarnasi beneran ada, aku pengen lahir jadi kamu.”
Ini bukan sekadar fans biasa. Ini nyaris pemujaan. Dan itu bikin saya mikir: apa yang sebenarnya dicari anak muda hari ini sampai begitu haus jadi orang lain?
Mungkin jawabannya sederhana: damai.
Timothy terlihat tenang. Nggak teriak-teriak kayak konten prank, nggak penuh drama, dan kelihatan hidupnya bersih—baik secara visual maupun emosional.
Dan di tengah hidup Gen Z yang penuh tekanan: kuliah online yang ngeselin, kerjaan freelance yang dibayar telat, dan overthinking level dewa—hidup kayak Timothy rasanya menenangkan.
Tapi di sinilah letak jebakannya.
—
Ketika kekaguman berubah jadi blueprint hidup, kamu mulai kehilangan arah. Kamu mulai ngerasa suara kamu harus senada dia, cara ngomong kamu harus setenang dia, bahkan isi kamarmu pun harus seperti dalam thumbnail dia.
Lalu yang kamu lakukan adalah: meniru. Bukan tumbuh.
Kamu nggak jadi versi terbaik dari dirimu—kamu malah berusaha jadi versi murah dari orang lain.
Padahal, kalau Timothy Ronald jadi nabi Gen Z, maka semua pengikutnya adalah umat yang sama gaya. Satu cara bicara. Satu selera. Satu tone warna.
Bayangin kalau semua orang kayak Timothy. Siapa yang jadi tukang gorengan? Siapa yang kerja di customer service? Siapa yang nulis skrip buat video dia?
—
Saya nggak anti Timothy. Bahkan saya juga nonton videonya sambil berharap suara saya bisa seadem dia. Tapi saya percaya satu hal: jadi diri sendiri tetap lebih penting daripada jadi mirip orang terkenal.
Karena seberapa keras pun kamu meniru, kamu tetap bukan dia. Dan seberapa besar pun kamu puja, hidupmu tetap kamu yang jalanin.
Timothy Ronald bisa jadi inspirasi. Tapi jangan sampai dia jadi “kitab suci” yang kamu hafal, tanpa pernah nulis bab kehidupanmu sendiri.
Kalau semua Gen Z ikut nabi yang sama, kita nggak punya umat yang unik.
Dan itu, menurut saya, nggak estetik sama sekali.