
Ada dua hal yang bikin orang Jawa otomatis mingkem dan nggak banyak gaya: bulan Suro dan malam Jumat Kliwon. Gabungkan keduanya, dan bahkan preman pasar bisa tiba-tiba rajin ngaji, orang iseng-iseng jadi alim, dan warung kopi tutup lebih awal. Konon, di malam macam ini, suara jangkrik pun terdengar kayak doa terakhir.
Suro itu kayak Agustus versi mistis. Penuh makna, sakral, dan sedikit menyeramkan. Tapi kalau Agustus diwarnai lomba makan kerupuk dan panjat pinang, maka Suro lebih ke arah tirakat, kenduri, dan orang-orang jalan kaki tengah malam sambil nyunggi ayam ingkung.
Jumat Kliwon sendiri punya reputasi sebagai malam yang penuh batas. Batas antara logika dan firasat. Antara dunia nyata dan dunia yang katanya “lebih nyata dari yang kamu kira”. Malam ini adalah undangan terbuka buat siapa saja yang masih percaya bahwa tidak semua yang tidak terlihat berarti tidak ada.
Kalau kata Simbah saya, malam Jumat Kliwon di bulan Suro itu bukan sembarang malam. Itu malam “pembuka portal”, semacam open house buat para leluhur, makhluk halus, dan energi-energi yang enggan disebut namanya. Pokoknya, jangan banyak tingkah. Nggak usah ngajak-ajak nonton horor di kosan, apalagi sambil ngedumel soal hidup.
Tapi di zaman sekarang, mungkin setan udah pensiun, kalah serem sama cicilan Paylater dan notifikasi “saldo tidak mencukupi”. Barangkali karena itu juga, banyak anak muda yang justru nongkrong di malam Jumat Kliwon sambil live TikTok, berharap ada yang kesurupan biar viral.
Dan anehnya, kadang kita nggak sadar, justru yang ditumbalkan bukan ayam, bukan kepala kerbau, tapi kewarasan kita sendiri. Kita ngotot kerja sampai malam di bulan Suro. Kita abaikan tubuh yang lelah, kita lawan rasa takut dengan dalih logika, padahal yang sebenarnya terjadi: kita udah lama jadi tumbal dari sistem yang katanya modern tapi nggak bikin kita lebih damai.
Pada akhirnya, malam Jumat Kliwon di bulan Suro bukan cuma tentang kuntilanak dan genderuwo. Tapi tentang diam yang terasa penuh. Tentang refleksi dalam gelap. Tentang menunduk bukan karena takut, tapi karena sadar: mungkin kita terlalu sombong merasa kuat sendiri.
Kalau kamu kebetulan baca ini di malam Jumat Kliwon, terutama bulan Suro, coba pelan-pelan. Tarik napas. Jangan nyalain lagu keras-keras. Dengerin suara sekitar. Mungkin itu cuma angin. Mungkin itu cuma tetangga. Atau mungkin… ya udah, jangan dipikirin. Kadang hidup lebih baik dijalani dengan pura-pura nggak tahu.
—