Sidoarjo, 17 Juni 2025 — Siang itu, deretan telepon dan grup WhatsApp RT mendadak ramai. Warga Sidoarjo digerogoti pemadaman listrik yang berlangsung dari 09.00 hingga 16.00 WIB, seperti diumumkan PLN UP3 Sidoarjo sejak 12 Juni lalu . Daerah seperti Kahuripan, Ponok Jati, Taman Sari, dan kompleks perumahan lain terdampak langsung — bukan hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga menyeret ekonomi mikro ke jurang ketidakpastian.
Salah seorang ibu rumah tangga, Ani (42), kehabisan ide untuk mengolah makanan saat listrik mati. “Masak air saja susah karena kompor otomatis mati,” katanya. Warga lain, Pak Budi, mengungkapkan kesulitan bekerja dari rumah—router mati dan charger kosong membuat pekerjaan menumpuk. Di sekolah dan kantor, suasana menjadi terganggu; keceriaan kelas dan rapat daring beralih jadi kekalutan bersama senter atau handphone sebagai penerang darurat.
Di sisi lain, warga mengakui pemadaman ini diperlukan untuk “pemeliharaan dan penyempurnaan saluran 20 kV.” Namun, tidak ada pemberitahuan lebih dari dua hari sebelumnya, menyebabkan banyak orang belum siap atau menyiapkan alternatif — seperti genset, atau menunda kegiatan penting.
Dampak ekonomi juga terasa. Pedagang UMKM yang mengandalkan listrik untuk penerangan atau kompor listrik terdampak langsung. “Penghasilan kami turun karena memasak jadi macet,” ungkap salah satu penjual nasi di Kahuripan.
Sekilas, pemadaman ini hanya hitungan jam. Namun memaknai gangguan satu hari bisa mencerminkan pemeliharaan yang efektif? Warga menuntut dua hal: jaminan efek pemadaman yang benar-benar menyelesaikan masalah teknis, dan transparansi informasi agar mereka bisa mempersiapkan diri — bukan kaget di setiap jadwal pemadaman mendadak.
Kalau Sidoarjo ingin tumbuh sebagai kota penyangga metropolitan, maka hal-hal dasar seperti listrik harusnya bisa dijaga. Karena kepercayaan publik tak dibangun dari janji, tapi dari rutinitas pelayanan yang andal dan manusiawi. Pun jika aktivitas terganjal seharian, setidaknya warga bisa merencanakan hari mereka, bukan kaget oleh ketidakpastian yang sebenarnya bisa dicegah.