
Surabaya, 12 Juli 2025 — Suasana khusuk menyelimuti forum Maiyahan Bangbang Wetan yang digelar di Halaman Kampus Stikosa AWS Surabaya. Ratusan peserta dari berbagai usia hadir dengan tenang, duduk bersila di atas tikar, menyimak satu per satu pemikiran yang disampaikan para pembicara. Salah satunya adalah Pak Suko,
Dalam kesempatan tersebut, Pak Suko menyoroti perlunya keseimbangan antara teknologi dan kenyataan hidup. “Teknologi itu bagian dari kehidupan kita, tapi kita juga harus sadar kapan harus jeda,” ujarnya.
Menurutnya, di tengah arus informasi yang cepat dan padat, manusia kerap lupa memberi ruang untuk berpikir. “Kita butuh ketenangan untuk memahami. Hidup ini tak bisa terus-terusan dipacu,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan bahwa banyak orang hari ini merasa terpenjara bukan karena keterbatasan, melainkan karena ketidaktahuan. “Banyak yang tidak sadar sedang dibelenggu. Bukan karena tidak punya akses, tapi karena tidak tahu harus mulai dari mana.”
Pak Suko menegaskan bahwa zaman selalu berulang. “Manusia terus mencari hal yang sama dari waktu ke waktu: pengakuan, makna, dan ketenangan. Bedanya hanya bentuknya.”
Ia juga menyebut sosok Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun sebagai sumber pengetahuan yang membentuk kesadarannya. “Cak Nun bagi saya bukan hanya budayawan. Beliau adalah ilmu pengetahuan itu sendiri.”