
Dalam forum budaya Bangbang Wetan yang digelar di Kampus Stikosa AWS Surabaya, Aulia Mawardhika, seorang pengusaha yang juga mantan jurnalis dan presenter menyampaikan pentingnya semangat belajar dan literasi di tengah derasnya arus informasi digital. Ia mengutip Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa menuntut ilmu harus dilakukan selama masih bernapas.
“Esensi ketidaktahuan adalah ketika seseorang berhenti mencari pengetahuan,” ujar Aulia di hadapan ratusan peserta forum yang rutin digelar bulanan itu.
Dalam refleksinya, Aulia menyoroti realitas zaman yang kian cepat bergerak. Ia menyebut, “Scroll tiga jam lebih mudah dilakukan daripada membaca sepuluh menit.” Menurutnya, pola konsumsi informasi yang dangkal ini dapat menjauhkan masyarakat dari makna sejati pengetahuan.
Aulia juga menyerukan agar sastra kembali mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan, khususnya di tingkat SMP. “Sastra menumbuhkan kepekaan terhadap kehidupan. Ia bukan sekadar karya tulis, tapi cermin batin masyarakat,” katanya.
Di hadapan para mahasiswa yang hadir, ia menegaskan bahwa mahasiswa seharusnya menjadi agen pencari kebenaran, bukan sekadar pelengkap administrasi akademik. Ia mengingatkan, “Orang yang paling bodoh adalah orang yang berhenti belajar.”
Sebuah pesan reflektif dari Aulia: “Jangan biarkan hari-hari berlalu tanpa membaca satu pun yang bermakna, karena membaca itu melawan ketidaktahuan, melawan lupa, dan melawan kebodohan yang sistematis.”