Malang, 7 Juni 2025 – Duka menyelimuti sepak bola Indonesia. Nino Sutrisno, pelatih legendaris yang membawa Persebaya Surabaya menjuarai kompetisi Perserikatan musim 1987–1988, wafat pada Sabtu, 7 Juni 2025, di kediamannya di Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Ia meninggal dunia pada usia 87 tahun.
Nama Nino Sutrisno begitu lekat dalam sejarah emas Persebaya. Ia bukan hanya pelatih yang mencetak prestasi, tetapi juga mantan pemain tangguh di era 1960-an. Lahir tahun 1938, Nino memulai karier sepak bolanya sebagai bek kiri bersama Persema Malang. Pada 1962, ia direkrut oleh Persebaya Surabaya setelah sebelumnya bermain untuk Suryanaga. Di Persebaya, ia dikenal sebagai pemain bertahan yang disiplin dan kokoh. Salah satu laga yang dikenang adalah saat ia memperkuat Persebaya melawan tim Belanda, berduet bersama Rusdi Bahlawan yang saat itu bertugas sebagai libero.
Karier kepelatihannya dimulai dengan menukangi Persema Malang pada 1977. Namun namanya semakin dikenal ketika ia kembali ke Persebaya, kali ini sebagai pelatih kepala. Di musim Perserikatan 1987–88, ia sukses membawa Persebaya menjuarai kompetisi tertinggi sepak bola nasional—gelar yang menjadi tonggak penting dalam sejarah klub.
Meski jarang tampil di media, Nino beberapa kali tetap hadir di momen-momen penting Persebaya. Ia tercatat pernah turut dalam laga perayaan anniversary Persebaya sebagai pelatih tamu, menandakan kedekatannya yang tak pernah putus dengan klub asal Kota Pahlawan tersebut.
Kabar wafatnya Nino Sutrisno disampaikan langsung oleh pihak keluarga. Para sahabat, rekan pemain, dan mantan anak didiknya mengenang almarhum sebagai sosok bersahaja, berprinsip, dan sangat mencintai sepak bola.
Kepergian Nino Sutrisno menandai berakhirnya satu generasi penting dalam sejarah sepak bola Jawa Timur. Ia bukan hanya bagian dari Persebaya dan Persema, tetapi juga saksi hidup perkembangan sepak bola nasional dari era Perserikatan hingga Liga modern. Selamat jalan, Coach Nino. Namamu akan selalu hidup dalam sejarah hijau Persebaya dan hati warga Malang serta Surabaya.