
Jakarta, 5 Juni 2025 – Indikasi fraud terbesar dalam sejarah operasional Woori Bank Indonesia (Woori Saudara) muncul pekan lalu ketika dokumen Letter of Credit (L/C) senilai US $ 78,5 juta (sekitar Rp 1,28 triliun) yang diajukan sebuah perusahaan ekspor menengah terbukti tidak valid. Kejanggalan ini terdeteksi pada 2 Juni 2025 ketika tim kredit Woori Saudara memeriksa ulang kelengkapan dokumen ekspor dan menemukan sejumlah tanda tanya pada data keuangan debitur. Pengumuman resmi dari Woori Bank Korea menegaskan bahwa dugaan fraud tersebut telah dikonfirmasi dan tengah ditangani secara intensif.
Bank Woori Saudara, yang berkantor pusat di Jakarta dan merupakan anak perusahaan Woori Bank Korea, pada Maret 2025 mencatat total penyaluran kredit mencapai Rp 47,94 triliun—naik 3,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, rasio Non-Performing Loan (NPL) bruto melonjak ke 2,26 persen pada Maret 2025, naik dari 1,64 persen pada Maret 2024, sementara NPL bersih menanjak ke 1,56 persen dari sebelumnya 0,91 persen. Lonjakan NPL ini sebagian besar ditengarai oleh kredit bermasalah termasuk dugaan fraud L/C tersebut.
Bagaimana Dugaan Fraud Terjadi?
L/C yang diduga palsu diajukan akhir Mei 2025 oleh sebuah perusahaan ekspor menengah yang tidak dipublikasikan namanya. Dokumen itu tampak lengkap dan memenuhi semua persyaratan awal—analisis awal mencatat besaran ekspor, data produk, serta jaminan pihak ketiga. Namun, ketika tim audit internal Woori Saudara menelusuri jejak transaksi, ditemukan bahwa nilai ekspor yang diestimasikan jauh di luar kapasitas finansial dan operasional perusahaan tersebut. Nilai L/C US $ 78,5 juta ini kemudian dideklarasikan “berat” bagi ukuran perusahaan ekspor menengah, memaksa manajemen pusat di Seoul menurunkan tim investigasi lintas benua.
Siapa yang Terlibat?
Pihak Woori Saudara menyebut debitur hanya sebagai “perusahaan ekspor menengah” tanpa menyebutkan identitas, demi menjaga proses penyelidikan. Woori Bank Korea sendiri melalui siaran pers pada awal Juni 2025 menegaskan bahwa tim Global Internal Control Platform mereka telah memastikan adanya anomali pada dokumentasi dan memutuskan untuk menahan pencairan sebelum dana benar-benar keluar.
Sejak Kapan Masalah Terkuak?
Kecurigaan muncul pada akhir Mei 2025, namun penanganan resmi baru diumumkan pada 2 Juni 2025. Sebelum itu, dokumen L/C sudah sempat masuk dalam proses verifikasi awal, namun hanya setelah tim kredit melakukan cross-check mendalam, berbagai angka dan persyaratan jaminan dipandang tidak sesuai dengan standar internal dan praktik industri. Pihak pusat di Seoul kemudian meminta kantor Jakarta menahan pembayaran hingga penyelidikan tuntas.
Mengapa Ini Bisa Terjadi?
Kelemahan utama terletak pada prosedur verifikasi dokumen ekspor. Meski Woori Saudara dikenal sebagai bank yang mempermudah pembiayaan ekspor-impor bagi UKM, prosedur fleksibel tersebut rupanya dimanfaatkan oleh pihak yang mengajukan L/C dengan data yang terlalu “sempurna” hingga lolos pemeriksaan awal. Indikator mencurigakan terbesar adalah perbedaan signifikan antara volume ekspor yang diunggulkan dan kapasitas keuangan sebenarnya yang terlihat dari laporan keuangan lama, di mana total aset dan laporan laba-rugi menunjukkan angka sangat konservatif dibanding klaim nilai ekspor senilai puluhan juta dolar US.
Di Mana dan Bagaimana Penanganannya Berlangsung?
Seluruh proses verifikasi dan penyelidikan berpusat di Jakarta, di kantor pusat Woori Saudara. Setelah kecurigaan diverifikasi, pihak manajemen pusat di Seoul menginstruksikan pembentukan tim gabungan dari auditor internal Woori Bank Korea, manajemen risiko Woori Saudara, serta unit kepatuhan untuk menyita dokumen asli, memeriksa validitas agunan, dan menunda pencairan kredit. Langkah selanjutnya melibatkan kerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Polda Metro Jaya untuk menindaklanjuti temuan ini melalui jalur hukum pidana—termasuk upaya penelusuran aset debitur, antara lain aset pabrik di Karawang yang sempat dijadikan jaminan.
Bagaimana Kondisi Kinerja Bank Saat Ini?
Walaupun kasus dugaan fraud ini mencuat, kinerja Woori Saudara triwulan pertama 2025 masih menunjukkan beberapa angka positif: net interest income tercatat Rp 433,53 miliar, naik 10,13 persen secara tahunan, dan laba bersih tumbuh 2,1 persen menjadi Rp 154,33 miliar. Namun kenaikan NPL menjadi 2,26 persen memperlihatkan bahwa kualitas aset mulai tergerus, dan potensi kerugian dari L/C palsu berpotensi mendorong rasio NPL lebih tinggi lagi jika tidak segera tertangani.
Apa Dampaknya ke Depan?
Manajemen Woori Saudara menyadari reputasinya dipertaruhkan. Mereka telah menyiapkan rencana pembaruan pedoman verifikasi L/C dan pendirian unit khusus monitoring transaksi ekspor-impor. Kreditur lain diperingatkan akan peningkatan kewaspadaan: dokumen perusahaan yang mengajukan kredit ekspor besar harus melewati due diligence lapangan—mirip audit mendadak ke pabrik dan pemeriksaan rekening koran secara real time. Upaya ini penting agar tidak ada lagi “lubang” dalam verifikasi yang bisa dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab.
Penutup Tegas
Kasus fraud senilai Rp 1,28 triliun ini menegaskan betapa rentannya sistem pembiayaan ekspor-impor bila prosedur verifikasi dokumen longgar. Bagi Woori Bank Indonesia, peristiwa ini harus jadi momentum untuk meninjau ulang model bisnis yang terlalu mengutamakan percepatan proses kredit demi menarik nasabah. Tanpa perbaikan berlapis—mulai dari audit internal yang lebih ketat hingga kerja sama dengan aparat hukum yang lebih responsif—risiko gagal bayar dan kerugian besar bisa terulang. Hingga batas penyelidikan selesai, semua pihak akan terus menunggu hasil audit forensik yang akan menentukan besaran kerugian final dan calon tersangka pelaku.